Mikroorganisme Potensial Pendegradasi Limbah Sampah Plastik
Hallo sobat KMPL!! Kembali lagi di blog KMPL episode yang kelima, kali ini kita mau bahas mengenai mikroorganisme yang potensial sebagai agen hayati pendegradasi limbah sampah plastik. Seperti yang kita tahu bahwa sampah plastic menjadi masalah yang sangat serius di Indonesia.
Sampah merupakan
limbah organik dan anorganik berwujud padat yang dianggap tidak memiliki nilai
lagi. Plastik merupakan sampah anorganik, yakni sampah yang membutuhkan waktu
lama hingga sangat lama dalam proses pendegradasian atau fermentasi oleh
mikroba, dan meliputi kaca, plastik, besi, kaleng. Kurangnya kepedulian
masyarakat dalam pembuangan serta pengolahan sampah adalah faktor penyebab
utama dalam kesulitan penyelesaian masalah sampah di seluruh Negara berkembang,
terutama Indonesia.
Salah satu
permasalahan tentang sampah adalah terbawanya berbagai jenis sampah di sungai
oleh arus air hingga terakumulasi di laut, termasuk sampah plastik. Plastik
membutuhkan waktu sangat lama untuk terdegradasi oleh mikroba. Sampah plastik
yang terakumulasi di laut dapat berupa mikroplastik (berukuran ≤ 5 mm) dan makroplastik
(berukuran 0,5mm).
Beragam ukuran sampah plastik di laut akan menyebabkan dampak berbeda-beda,
diantaranya membuat ikan atau hewan akuatik lain terjebak dalam sampah plastik,
menjerat hewan akuatik, menyumbat pencernaan hewan akuatik, atau terakumulasi
dalam sel hewan akuatik karena ukurannya yang sangat kecil. Pemanfaatan
mikroorganisme pendegradasi sampah plastik merupakan salah satu solusi
alternatif mengatasi permasalahan sampah plastik yang lebih ramah lingkungan.
Berikut ini adalah contoh mikroorganisme pendegradasi limbah plastik :
1. Pseudomonas spp.
Menurut Sriningsih
dan Shovitri (2015) Pseudomonas spp. dapat
menghasilkan enzim yang mampu mendegradasi plastik, yaitu serine hidrolase,
esterase, dan lipase. Pendegradasian sampah plastik oleh enzim tersebut dapat
berlangsung secara optimal jika tidak terdapat inhibitor yang mampu menghambat
aktivitas enzim di lingkungan. Pseudomonas spp. aktif melekat membentuk
biofilm di permukaan sampah plastik selama proses pendegradasian. Sampah
plastik yang dapat didegradasi adalah plastic putih serta transparan. Plastik
tersebut termasuk dalam jenis PE dan PS (polystyrene). Pendegradasian
plastik oleh Pseudomonas spp. berlangsung selama kurang lebih
3 bulan.
2. Ochrobactrum spp.
Menurut Riandi et al., (2017), Ochrobactrum spp. mampu menghasilkan
exoenzim untuk mendegradasi sampah plastik. Proses pendegradasian sampah
plastik oleh Ochrobactrum spp. dapat berlangsung selama kurang lebih
45 hari. Plastik yang dapat didegradasi.
merupakan plastik jenis LDPE (low-density polyethylene) dan HDPE (high
density polyethylene) seperti kantung kresek berwarna.
Pendegradasian plastic tersebut menyebabkan terjadinya penurunan beratkering
plastik sebesar 18,75% dan 20%, serta terbentuknya zona bening pada medium
dengan kandungan plastik sebagai sumber karbon.
3. Brevibacillus spp.
Brevibacillus spp. mampu mendegradasi sampah plastik jenis
PE untuk mendapatkan sumber karbon. Seperti beberapa bakteri pendegradasi
plastic lainnya, Brevibacillus spp. akan membentuk biofilm pada
permukaan sampah plastik. Pendegradasian plastik oleh Brevibacillus spp.
berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, menghasilkan penurunan berat kering plastik
sebesar 37,5% (Nanda dan Sahu, 2010).
4. Rhodococcus spp.
Rhodococcus spp. mampu mendegradasi senyawa alifatik
serta aromatik, seperti BTEX (Benzene,Toluene, Ethylbenzene, dan O-Xylene).
Rhodococcus spp. juga mampu mendegradasisampah plastik jenis PE selama kurag lebih 3 minggu dan menghasilkan penurunan berat
kering plastik sebesar 33% (Nanda dan Sahu, 2010).
5. Bacillus spp.
Degradasi sampah plastik oleh Bacillus spp.
berlangsung secara aerobik dan anaerobic menggunakan enzim ekstraseluler serta
intraseluler depolimerase. Sampah plastic yang dapat didegradasi adalah kantung
kresek plastik warna hitam dan putih. Kantung kresek tergolong jenis plastik
LDPE. Plastik warna hitam serta putih dapat didegradasi oleh Bacillus spp.
selama kurang lebih
4 bulan dengan degradabilitas 2,3% untuk
plastik hitam dan 1,9% untuk plastik putih, sehingga dalam waktu 4 bulan plastic
(Surono, 2013).
6. Ideonella sakaiensis
Ideonella
sakaiensis menghasilkan enzim yang terdiri dari asam fosfatase,
naftol- AS-BI-phosphohydrolase. Selain itu, I. sakaiensis juga
menghasilkan PET hydrolase atau PETase, yaitu enzim yang dapat memecah rantai
polimer PET pada rentang suhu optimum 20-40 ºC. Proses pendegradasian sampah
plastik oleh I. sakaiensis dapat berlangsung 5-120 kali lebih
cepat dari proses degradasi plastic pada umumnya. Peningkatan kemampuan
degradasi sampah diperoleh melalui teknik rekayasa genetic dengan cara kloning
dan transformasi gen pengkode PETase pada Escherichia coli (Tanasupawat et al., 2016).
Sriningsih A dan Shovitri M. (2015) : Potensi Isolat
Bakteri Pseudomonas sebagai Pendegradasi Plastik, Jurnal Sains dan
Seni ITS, 4, E-67 – E-69.
Subekti S. (2010) : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R
Berbasis Masyarakat, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi.
Tanasupawat S, Toshihiko T, Shosuke Y, Kazumi H dan Kohei
O. (2016) : Ideonella sakaiensis sp. nov., Isolated from a
Microbial Consortium that Degrades Poly(Ethylene Terephthalate), International
Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 66, 2814 – 2815.
Riandi MI, Retno K dan Sang Ketut S. (2017) :
Potensi Bakteri Pseudomonas sp. dan Ochrobactrum sp. yang di
Isolasi dari Berbagai Sampel Tanah dalam Mendegradasi Limbah Polimer Plastik Berbahan
Dasar High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE), Jurnal
Simbiosis, 5, 58 –62.
Nanda S dan Sahu SS. (2010) :
Biodegradability of Polyethylene by Brevibacillus, Pseudomonas,
and Rhodococcus spp., New York Sciece Journal, 3, 96 – 97.
Surono UB dan Ismanto. (2016) : Pengolahan
Sampah Plastik Jenis PP, PET, dan PE menjadi Bahan Bakar Minyak dan
Karakteristiknya, Jurnal Mekanika dan Sistem Termal
Universitas Janabadra, 1,
35.
Komentar
Posting Komentar